Minggu, 03 Maret 2013

Implementasi Dua Kalimat Syahadat


Dua kalimat syahadat merupakan rukun islam pertama yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah dan nabi Muhammad sebagai utusannya. Rukun ini menjadi pilar utama tegaknya rukun rukun  lain sekaligus sebagai akar bagi hukum islam secara umun. apabila akarnya kokoh maka segala kebajikan yang dilakukan akan tumbuh subur  dan berbuah pahala yang dapat dinikmati kelak di akhirat. namun jika akarnya rapuh atau kering maka dahan dan ranting amal kebajikan yang ditanam dapat akan cepat tumbang, tidak akan menghasilkan buah apa apa bahkan menjadi benalu yang dapat menimbulkan kerugian besar di hari kiamat.
Dua kalimat ini mempunyai makna dan tujuan yang sangat mulia, seseorang yang mengucapkannya harus mengetahui makna yang terkandung kemudian menterjemahkannya ke dalam bentuk amal perbuatan. Hal ini tidak cukup hanya dengan melafalkan saja tanpa aplikasi nyata pada kehidupan sehari hari.  Makna la ilaha illallah adalah ikrar bahwa tiada tuhan yang patut disembah selain allah dan semua sesembahan selain dia batil.
                                     ﯓ ﯙ        الحج: ٦٢
(kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya allah, dialah (tuhan) yang maha hak, dan sesunggunya apa apa saja yang mereka seru selain Allah, itu adalah batil, dan sesungguhnya Allah, dialah yang maha tinggi dan maha besar.
Maksud syahadat la ilaha illallah adalah meng-esakan Allah dalam praktek ibadah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Disaat anda bersaksi tiada tuhan selain allah pada saat itu pula anda menyatakan tiada sesembahan selain dia, hal ini dibuktikan dengan melakukan peribadatan hanya kepadanya, mengerjakan segala yang diperintah dan menjauhi larangannya. Oleh karena itu, dulu ketika nabi Muhammad meminta kaum musyrikin untuk mengucapkan kalimat La ilaha illallah mereka langsung menolak setelah mengetahui maksud dan tujuan tersebut yaitu menyembah allah dan meninggalkan patung patung sesembahan mereka.
                              ﭿ                                              ﮑ ﮒ            ص: ٥ – ٧
Mengapa ia menjadikan tuhan tuhan itu tuhan yang satu saja? Sesengguhnya ini benar benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin peminpin mereka (seraya berkata), “pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan tuhanmu, sesungguhnya ini benar benar sesuatu yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan allah) tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.
Inilah makna la ilaha illallah yang sesunggunya, menjadikan tuhan itu esa lalu meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain dia. orang orang musyrikin terdahulu memahami dengan betul karena mereka dari kalangan bangsa arab yang fasih dan sangat mengerti seluk beluk ilmu bahasa arab. dari itu, mereka langsung menolak ketika diajak memeluk agama islam. Berbeda dengan penyembah kuburan yang sering kita saksikan di zaman sekarang ini. mereka kurang begitu memahami makna la ilaha illallah akhirnya tidak dapat mengamalkan kandungannya. walaupun sangat lantang mengungucapkan kalimat tauhid, tetapi masih saja menyembah mayat mayat yang telah telan bumi. mereka hanya berikrar dengan lisannya saja tanpa dibekali dengan pemahaman yang cukup. jadi tidaklah mengherankan jika setelah bersyahadat mereka masih menyeru seraya memohon pertolongan kepada selain Allah. Misalnya seruan: “wahai ali, wahai husain, wahai abdul qodir al-jailani, wahai sunan ampel dan wahai buyut lattong” dengan harapan mendapatkan kemudahan untuk mencukupi kebutuhan dan cepat terlepas dari musibah yang menimpa mereka. Sungguh mereka tidak mempergunakan akal yang diberikan untuk berfikir dan mempelajari hukum hukum yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulnya yang sangat mulia.
          
Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri (QS Al-hasyr: 19).
                     التوبة: ٣٧
(Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Diantara tujuan la ilaha illallah adalah mengerjakan sholat lima waktu karena ia merupakan rukun islam kedua setelah syahadatain, sebagaimana firman allah yang berbunyi:
                                التوبة: ١١
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
Diantara tujuannya juga yaitu menunaikan zakat, berpuasa di bulan romadhan, dan melaksanakan ibadah haji apabila telah mampu dan cukup bekal perjalanan menuju tanah suci serta mengerjakan kewajiban dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Sebagaimana perkataan khalifah pertama Abu Bakar Assiddiq: “sungguh akan aku perangi orang orang yang membeda-bedakan antara sholat dan zakat” .
Hasan al-bashri pernah ditanya: benarkan apa perkataan kebanyakan orang bahwa membaca la ilaha illallah dapat mengantarkan ke surga?, kemudian beliau menjawab: ya benar, apabila seseorang bersaksi tiada tuhan selain allah kemudian memenuhi hak dan kewajibanya maka dia akan masuk surga. Pernah juga dalam kesempatan lain wahab ibn munabbih berkata kepada orang yang bertanya kepadanya: bukankah la ilaha illallah itu kunci surga?. Maka beliau menjawab: tentu, akan tetapi setiap kunci itu biasanya memiliki gigi, apabila kamu datang membawa kunci yang bergigi maka kamu dapat membuka pintunya namun apabila tidak, kamu tidak akan bisa membukanya.
            Lawan dari kalimat tauhid adalah syirik (menyekutukan Allah) begitu juga dengan maksiat yang dapat mengurangi makna dan nilai La ilaha illallah dalam diri seorang muslim, disamping mengurangi pahalanya, tergantung besar kecilnya dosa yang dilakukan. Seyogianya seorang muslim sejati bersaksi dengan penuh keyakinan “tiada tuhan selain allah” yang dikokohkan dengan pemahaman terhadap makna yang diucapkan dan mengikuti semua pesan yang ditunjukkan oleh kalimat tersebut baik secara dhohir maupun batin di dalam dirinya kemudian beristiqomah di dalam berpegang teguh kepadanya.
                                  الزخرف: ٨٦
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)
Oleh karena itu, hendaknya kita bertakwa kepada allah, rajin mempelajari makna dan maksud yang dikandung oleh kalimat tauhid, menyakini dan mengamalkan kandungannya. Karena tidaklah cukup bahkan tidak akan memberikan manfaat dengan hanya mengucapkannya dengan lisan saja tanpa disertai amal perbuatan.
                                          الأنبياء: ٢٥
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Adapun makna “saya bersaksi nabi Muhammad itu utusan Allah”, adalah mengakui dan menyakini bahwa nabi Muhammad seorang Rasul (utusan) Allah untuk menyampaikan kabar gembira sekaligus ancaman bagi orang orang orang yang selalu berpaling dari ajaran dan huhum islam. Secara umun Dua kalimat syahadat ini mengandung empat poin penting yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin:
1.      Taat mengerjakan perintah Allah dan Rasulnya.
2.      Meyakini kebenaran yang datangnya dari Allah dan Rasulnya.
3.      Menyauhi segala yang dilarang.
4.      Melakukan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat.
Seseorang yang bersaksi bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah maka ia harus taat kepadanya dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya, menyakin kebenaran semua kabar berita yang beliau bawa, baik berkaitan dengan sejarah kaum terdahulu maupun perkara gaib yang terjadi di masa mendatang, Dan tidak mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan ibadah yang sesuai dengan tuntunan sunahnya. Sebagaimana perkataan Imam: “tidaklah perkataan maupun ucapan setiap orang diantara kita kecuali bisa diambil atau ditolak selain sabda Rasulullah SAW”. Imam syafie berkata: “telah terjadi consensus ulama, bahwa apabila telah jelas bagi seorang muslim akan kesahihan sunnah Rasulullah maka tidak diperbolehkan menukarnya dengan perkataan siapapun”. Begitu juga Imam Ahmad bin hambal pernah berkata: “Saya heran dengan orang orang yang telah mengetahi sanad hadist dan menyakini kesahihannya kemudian meninggalkannya dan lebih senang mengikuti pendapat Sufyan”
                                 النور: ٦٣
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
Sebagian ulama tafsir mengatakan yang dimaksud fitnah disini adalah syirik,.
                                     الحشر: ٧
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.